Kantor
Pelayanan Pajak Tambora, Kota Tua Jakarta
I. Sejarah
Bangunan
Kantor
Pelayanan Pajak tambora ini beralamat di Jl. Kali Besar Barat No. 14, Jakarta
Barat. Gedung ini merupakan Cabang Pertama dari Hongkong Shanghai Bank
Coorporation (HSBC) yang didirikan pada tahun 1884. Gedung ini di bangun oleh
kelompok firma arsitektur Hulswit, Fermont, Ed. Cuypers yang ditandai oleh
ukiran di dinding dekat pintu masuk gedung ini.
Tulisan
yang terdapat pada ukiran ini adalah “ARCH
en INGRS BUREAU HULSWIT.FERMONT.EDCUYPERS” yang merupakan singkatan dari Architect en Ingineurs Bureau Hulswit
Fermont Ed. Cuypers. Kalimat ini berarti Biro arsitek dan insinyur Hulswit,
Fermont, Ed. Cuypers. Karena biro arsitek ini merupakan gabungan dari arsitek
Marius J. Hulswit, Fermont te Weltevreden dan
Eduard Cuypers. Selain itu, diketahui juga bahwa fungsi bangunan ini selain
pernah menjadi kantor cabang pertama HSBC adalah kantor perniagaan
hindia-belanda.
Menurut
peraturan dan perundang-undangan mengenai bangunan cagar budaya bersejarah ini,
bangunan kolonial ini tidak boleh di rekonstruksi karena merupakan bangunan
bersejarah golongan A. Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan tampak gedung
ini pada tahun 1915 sewaktu bangunan ini masih menjadi kantor cabang HSBC
pertama di Indonesia.
Namun terdapat beberapa
rekonstruksi yang telah di lakukan. Seperti penambahan tritisan pada jendela di
lantai atas.
Hal tersebut dibuktikan
dengan diberikannya penghargaan anugerah budaya oleh gubernur Sutiyoso ditahun
2006 karena telah menjaga cagar budaya dan tidak merubah hasil peninggalan
budaya.
II. Langgam Bangunan
Arsitek
perancang bangunan ini merupakan arsitek pertama di Indonesia, yaitu Marius J.
Hulswit. Hulswit merupakan supervisor dari pembangunan gedung Algemenee di
Surabaya karya HP Berlage. Untuk itu kesan arsitek Berlage sangat kental dalam
bangunan yang di rancang oleh Hulswit. Sudah terbukti di beberapa gedung
rancangannya seperti gedung ANIEM, gedung
kantor Geowehry di jalan Rajawali
juga di beberapa gedung Bank Indonesia di beberapa kota di Indonesia yang
memiliki langgam dan ciri yang mirip.
Dari
gambar paling kiri merupakan gedung Algemeene.
Kantor Ainem di Gemblongan, Hulswit sangat menggemari gaya neo-klasik pada
setiap rancangannya, namun dengan seiringnya waktu, gaya rancangan Hulswit kian
mendekati modern awal, hal tersebut dapat dirasakan pada gaya arsitektur Kantor
Pelayanan Pajak Tambora. Langgam yang terdapat pada bangunan kantor pelayanan
pajak tambora adalah campuran gaya neo-klasik dan modernisasi awal. Langgam
neo-klasik dapat terlihat pada pilar-pilar yang berjajar dengan gaya abad
pertengahan dan jendela kaca yang melengkung. Sedangkan untuk langgam modernisasi
awal terdapat pada fasad yang memiliki detail polos.
Teori :
Gedung-gedung neoklasik memiliki
banyak (meskipun tidak selalu semua) fitur atau ciri-ciri ini:
- Bentuk simetris
- Tiang tinggi kolom yang
menjulang sampai atap bangunan
- Pedimen segitiga
- Atap berkubah
Ciri – ciri arsitek Berlage :
1. Lengkung
bata segmental diapit batu (segmental
brick arches framed by stone blocks). Di gedung Algemeene Surabaya,
lengkung ini masih tampil dengan susunan bata, tapi di De Nederlanden, susunan
bata tidak tampak. Yang tersisa hanyalah bentuk lengkung yang sering muncul
dalam desain mediteran.
2. Pilar
bergaya abad pertengahan (medievalizing piers). Pilar non-struktural ini sering
muncul menjadi dekorasi khas Berlage. Gaya lengkung pilar ini diambil Berlage
dari model abad pertengahan. Sepertinya, menjadi salah satu kebiasaan para
arsitek yang membuat terobosan untuk tidak melihat gaya arsitektur masa
sebelumnya yang dekat dengan zamannya. Berlage mengadopsi gaya arsitektur dari
zaman dahulu, jauh ke belakang dari abad 13-14 an. Hal yang sama dilakukan para
pelopor gerakan neoklassik, neorenessan, neogothic dst.
3. Korbel
berundak (stepped corbel). Korbel berundak ini muncul di desain Batavia secara
sederhana (di pintu masuk). Ciri korbel berundak ini juga dipinjam Cuypers
dalam desain sebuah rumah di jalan Jan Luykenstraat, Amsterdam (1903). Di
Gedung Algemeene Surabaya, korbel berundak ini diambil alih oleh dua buah patung
singa di depan pintu masuk.
III. Arsitektur
Bangunan
Berdasarkan
dengan karakteristik arsitek perancang gedung ini, denah gedung Bank Hongkong
ini memiliki denah ruang yang simetris. Terlihat dari tampak atas bangunan
tersebut yang memiliki sisi simetris.
Karena
fungsi bangunan ini merupakan kantor, maka penataan ruang dibuat simetris agar
antar ruang nya tertata rapi.
Selain
itu, disetiap bangunan sepanjang jalan kali besar barat ini terdapat koridor
yang menghubungkan dari gedung satu ke gedung lainnya, Ini di tujukan sebagai
area pejalan kaki, sehingga tidak ada trotoar untuk para pejalan kaki. Semua
pejalan kaki berjalan melalui koridor-koridor gedung di sepanjang jalan kali
besar barat ini,
IV. Fasad
Bangunan
Fasad adalah
suatu sisi luar (eksterior) sebuah bangunan, umumnya terutama yang dimaksud adalah
bagian depan, tetapi kadang-kadang juga bagian samping dan belakang bangunan.
Kata ini berasal dari bahasa
Perancis, yang
secara harfiah berarti "depan" atau "muka".
Dalam arsitektur, fasad bangunan sering kali adalah suatu hal
yang paling penting dari sudut pandang desain, karena ia memberikan suasana bagi
bagian-bagian bangunan lainnya. Terdapat banyak fasad yang memiliki nilai sejarah, sehingga peraturan-peraturanpenetapan zona lokal
atau undang-undang lainnya
umumnya dibuat untuk sangat membatasi atau bahkan melarang pengubahan mereka.
(sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Fasad)
Pada
fasad bangunan Bank Hongkong ini, terdapat beberapa karakter yang sangat
mencerminkan gaya arsitektur neo-klasik. Pertama terdapat pada kolomnya,
kolom-kolom tersebut di ambil dari gaya abad pertengahan yang monumental namun
terhias oleh gaya modern awal dengan detail kolom yang polos. Terdapat tiga
tiang bendera yang menempel pada dinding fasad bangunan.
Pada
jendela dan pintu masuk terlihat berupa arch
atau berbentuk setengah lingkaran dengan ukuran besar yang memberikan kesan
monumental dan dengan detail yang polos sangat menggambarkan gaya arsitektur
neo-klasik yang dipadukan dengan gaya modern awal.
Langit-langit bangunan dibuat tinggi
agar sesuai dengan citranya yang monumental. Ketinggian dari lantai hingga
langit-langit ± 6 meter tingginya. Hal ini sesuai dengan karakteristik
bangunan-bangunan kolonial hasil peninggalan jaman Belanda.