Jumat, 10 Juli 2015

TUGAS KONSERVASI ARSITEKTUR

Kantor Pelayanan Pajak Tambora, Kota Tua Jakarta


I.    Sejarah Bangunan
Kantor Pelayanan Pajak tambora ini beralamat di Jl. Kali Besar Barat No. 14, Jakarta Barat. Gedung ini merupakan Cabang Pertama dari Hongkong Shanghai Bank Coorporation (HSBC) yang didirikan pada tahun 1884. Gedung ini di bangun oleh kelompok firma arsitektur Hulswit, Fermont, Ed. Cuypers yang ditandai oleh ukiran di dinding dekat pintu masuk gedung ini.


Tulisan yang terdapat pada ukiran ini adalah “ARCH en INGRS BUREAU HULSWIT.FERMONT.EDCUYPERS” yang merupakan singkatan dari Architect en Ingineurs Bureau Hulswit Fermont Ed. Cuypers. Kalimat ini berarti Biro arsitek dan insinyur Hulswit, Fermont, Ed. Cuypers. Karena biro arsitek ini merupakan gabungan dari arsitek Marius J. Hulswit, Fermont te Weltevreden dan Eduard Cuypers. Selain itu, diketahui juga bahwa fungsi bangunan ini selain pernah menjadi kantor cabang pertama HSBC adalah kantor perniagaan hindia-belanda. 


Menurut peraturan dan perundang-undangan mengenai bangunan cagar budaya bersejarah ini, bangunan kolonial ini tidak boleh di rekonstruksi karena merupakan bangunan bersejarah golongan A. Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan tampak gedung ini pada tahun 1915 sewaktu bangunan ini masih menjadi kantor cabang HSBC pertama di Indonesia.

Namun terdapat beberapa rekonstruksi yang telah di lakukan. Seperti penambahan tritisan pada jendela di lantai atas. 

Hal tersebut dibuktikan dengan diberikannya penghargaan anugerah budaya oleh gubernur Sutiyoso ditahun 2006 karena telah menjaga cagar budaya dan tidak merubah hasil peninggalan budaya.


II.    Langgam Bangunan

Arsitek perancang bangunan ini merupakan arsitek pertama di Indonesia, yaitu Marius J. Hulswit. Hulswit merupakan supervisor dari pembangunan gedung Algemenee di Surabaya karya HP Berlage. Untuk itu kesan arsitek Berlage sangat kental dalam bangunan yang di rancang oleh Hulswit. Sudah terbukti di beberapa gedung rancangannya seperti gedung ANIEM, gedung kantor Geowehry di jalan Rajawali juga di beberapa gedung Bank Indonesia di beberapa kota di Indonesia yang memiliki langgam dan ciri yang mirip. 


Dari gambar paling kiri merupakan gedung Algemeene. Kantor Ainem di Gemblongan, Hulswit sangat menggemari gaya neo-klasik pada setiap rancangannya, namun dengan seiringnya waktu, gaya rancangan Hulswit kian mendekati modern awal, hal tersebut dapat dirasakan pada gaya arsitektur Kantor Pelayanan Pajak Tambora. Langgam yang terdapat pada bangunan kantor pelayanan pajak tambora adalah campuran gaya neo-klasik dan modernisasi awal. Langgam neo-klasik dapat terlihat pada pilar-pilar yang berjajar dengan gaya abad pertengahan dan jendela kaca yang melengkung. Sedangkan untuk langgam modernisasi awal terdapat pada fasad yang memiliki detail polos.

Teori :

Gedung-gedung neoklasik memiliki banyak (meskipun tidak selalu semua) fitur atau ciri-ciri ini:

- Bentuk simetris
- Tiang tinggi kolom yang menjulang sampai atap bangunan
- Pedimen segitiga
- Atap berkubah

Ciri – ciri arsitek Berlage :

1.    Lengkung bata segmental diapit batu (segmental brick arches framed by stone blocks). Di gedung Algemeene Surabaya, lengkung ini masih tampil dengan susunan bata, tapi di De Nederlanden, susunan bata tidak tampak. Yang tersisa hanyalah bentuk lengkung yang sering muncul dalam desain mediteran.

2.    Pilar bergaya abad pertengahan (medievalizing piers). Pilar non-struktural ini sering muncul menjadi dekorasi khas Berlage. Gaya lengkung pilar ini diambil Berlage dari model abad pertengahan. Sepertinya, menjadi salah satu kebiasaan para arsitek yang membuat terobosan untuk tidak melihat gaya arsitektur masa sebelumnya yang dekat dengan zamannya. Berlage mengadopsi gaya arsitektur dari zaman dahulu, jauh ke belakang dari abad 13-14 an. Hal yang sama dilakukan para pelopor gerakan neoklassik, neorenessan, neogothic dst.

3.    Korbel berundak (stepped corbel). Korbel berundak ini muncul di desain Batavia secara sederhana (di pintu masuk). Ciri korbel berundak ini juga dipinjam Cuypers dalam desain sebuah rumah di jalan Jan Luykenstraat, Amsterdam (1903). Di Gedung Algemeene Surabaya, korbel berundak ini diambil alih oleh dua buah patung singa di depan pintu masuk.

III.    Arsitektur Bangunan
Berdasarkan dengan karakteristik arsitek perancang gedung ini, denah gedung Bank Hongkong ini memiliki denah ruang yang simetris. Terlihat dari tampak atas bangunan tersebut yang memiliki sisi simetris. 



Karena fungsi bangunan ini merupakan kantor, maka penataan ruang dibuat simetris agar antar ruang nya tertata rapi.
Selain itu, disetiap bangunan sepanjang jalan kali besar barat ini terdapat koridor yang menghubungkan dari gedung satu ke gedung lainnya, Ini di tujukan sebagai area pejalan kaki, sehingga tidak ada trotoar untuk para pejalan kaki. Semua pejalan kaki berjalan melalui koridor-koridor gedung di sepanjang jalan kali besar barat ini,

IV.    Fasad Bangunan
Fasad adalah suatu sisi luar (eksterior) sebuah bangunan, umumnya terutama yang dimaksud adalah bagian depan, tetapi kadang-kadang juga bagian samping dan belakang bangunan. Kata ini berasal dari bahasa Perancis, yang secara harfiah berarti "depan" atau "muka".
Dalam arsitektur, fasad bangunan sering kali adalah suatu hal yang paling penting dari sudut pandang desain, karena ia memberikan suasana bagi bagian-bagian bangunan lainnya. Terdapat banyak fasad yang memiliki nilai sejarah, sehingga peraturan-peraturanpenetapan zona lokal atau undang-undang lainnya umumnya dibuat untuk sangat membatasi atau bahkan melarang pengubahan mereka.
(sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Fasad)


 Pada fasad bangunan Bank Hongkong ini, terdapat beberapa karakter yang sangat mencerminkan gaya arsitektur neo-klasik. Pertama terdapat pada kolomnya, kolom-kolom tersebut di ambil dari gaya abad pertengahan yang monumental namun terhias oleh gaya modern awal dengan detail kolom yang polos. Terdapat tiga tiang bendera yang menempel pada dinding fasad bangunan.
 




Pada jendela dan pintu masuk terlihat berupa arch atau berbentuk setengah lingkaran dengan ukuran besar yang memberikan kesan monumental dan dengan detail yang polos sangat menggambarkan gaya arsitektur neo-klasik yang dipadukan dengan gaya modern awal.

Langit-langit bangunan dibuat tinggi agar sesuai dengan citranya yang monumental. Ketinggian dari lantai hingga langit-langit ± 6 meter tingginya. Hal ini sesuai dengan karakteristik bangunan-bangunan kolonial hasil peninggalan jaman Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar